
Pandangan Dari Seorang Pelaku Bisnis Periklanan : Fenomena Bisnis Periklanan di Era Digital
Post on November 29, 2019
Tak dapat dipungkiri lagi bahwa perubahan jaman ke arah digital membawa perubahan besar di bisnis periklanan. Demikian juga yang terjadi Indonesia, dengan keanekaragaman demografi, penduduk dan karakteristiknya pelahan-lahan revolusi ini pasti terjadi.
Di Indonesia sejak berpuluh-puluh tahun yang lalu punya banyak keberagaman dalam masyarakatnya, tiap kota tiap propinsi tiap suku pasti memiliki karakter yang berbeda-beda. Demukian juga dengan medianya, koran menjadi unggul di daerah masing-masing, meskipun persaingan banyak terjadi tapi lambat laun pasti ada salah satu koran daerah yang terunggul. Kalau di Surabaya sudah pasti Jawa Pos korannya, di Semarang dengan Suara Merdeka, sementara di Yogyakarta dengan Kedaulatan Rakyat, dan seterusnya. Tidak pernah terjadi koran yang unggul disemua kota di Indonesia meskipun membawa nama koran nasional, seperti contohnya koran Kompas. Mereka pernah menyatakan demikian, tapi toh kenyataannya bila bicara (misalnya) Surabaya, pasti Jawa Pos masih lebih unggul daripada Kompas.
Lain medianya, lain juga strateginya. Dengan masuknya media TV di tahun 90an peta strategi media juga berubah karena inilah media yang bisa menjangkau (sebagian besar) penduduk Indonesia. Bagi biro iklan, inilah kesempatan membuat strategi yang lebih optimal bila produk dari klien sudah beredar secara nasional. Melalui TV biaya per satuan iklan jauh lebih murah dibanding dengan beriklan di semua media koran di setiap daerah. Dengan demikian strategi di periklanan makin menarik dan lebih tajam penetrasinya ke target market tiap-tiap produk. TV punya keunggulan sendiri untuk share yg lebih luas sedang koran lebih unggul di daerah masing-masing.
Dalam keadaan sekarang, di era digital, memang tidak bisa dipungkiri bila media digital berkembang sangat pesat tapi media konvensional masih tetap ada walaupun banyak penurunan baik dari sisi pemirsa/pembaca sehingga ada media2 tertentu sampai gulung tikar. Meskipun demikian, di Indonesia media TV masih nomer satu, bahkan pengiklan2 yang besar pun sekarang masih memanfaatkan media TV karena bagi masyarakat Indonesia TV masih digemari banyak orang sebagai media hiburan dan informasi yang dipercaya. Selain itu persebaran TV yang sampai masuk kepelosok-pelosok nusantara memberikan nilai lebih. Ini yang tidak bisa dijangkau oleh semua media bahkan media digital sekalipun karena beberapa alasan misalnya : infrastuktur yang belum memadai sehingga kadang-kadang internet masih lemot bahkan tidak ada signal, belum adanya daya beli yang cukup bagi masyarakat suburban sebingga kemampuan gadgetnya terbatas, dan bagi segment diatas 40tahun apalagi didesa masih banyak yang belum melek teknologi.
Nah inilah keunikan di Indonesia, meskipun di era digital sekarang, budget iklan di TV masih tetap besar, di koran juga masih tetap ada (meski berkurang), di radio-radio tertentu juga tetap eksis karena keuntungan setiap media yang berbeda-beda.
Memang di era digital sekarang, perencanaan periklanan pasti mulai memasukkan media digital sebagai satu kesatuan dalam kampanyenya, tapi untuk menjadi media utama sekarang masih belum waktunya. Perencanaan sekarang masih lebih banyak ke media konvensional dan digital sebagai pelengkap.
Bagaimana pendapat anda? Bagikan pendapat anda di kolom bawah!
Mulyono Sucitro (CEO,CitraNusa Advertising) Oktober 2019.